Friday, November 03, 2006

Ketupat Lebaran



Lebaran dengan ketupat merupakan tradisi turun temurun yang tak terpisahkan. Mengalahkan kue-kue untuk parsel atau hantaran, lebaran selalu diidentikkan dengan ketupat. Disertai lauk pauknya, termasuk opor.

Hidangan daging ayam yang dimasak dengan kuah santan ini memang jodoh yang tepat untuk ketupat. Rasa gurihnya santan cocok dimakan dengan irisan ketupat, yang terbuat dari beras. Namun apakah hanya karena itu?

Rupanya ada makna yang lebih dalam dari ketupat-opor daripada hanya sekedar makanan pelengkap di hari raya Idul Fitri. Ketupat dan lauknya yang berkuah santan 'terpilih' menjadi hidangan saat lebaran bukan hanya karena sekedar faktor kebetulan, dan kelezatannya. Menurut sesepuh dulu, ketupat dan lauk bersantan merupakan perlambang dari hari raya Idul Fitri. Ketupat (kupat) dipercaya merupakan kependekan dari 'ngaku lepat', sedangkan santan (santen) adalah kependekan dari 'pangapunten'.

Inilah esensi dari hari raya Idul Fitri, saling memaafkan. Walaupun banyak orang yang bilang bahwa tak perlu menunggu lebaran untuk meminta maaf, nyatanya banyak sekali kesalahan yang belum kita mintakan maaf sebelum datangnya Lebaran. Atau sebaliknya, banyak pula kesalahan yang belum kita maafkan saat Idul Fitri tiba.

Jadi, tak ada salahnya kita memanfaatkan momen ini untuk saling meminta maaf dan memaafkan. Hantaran ketupat santan sebagai perlambang permintaan maaf sudah seharusnya dibalas dengan melakukan hal yang sama. Artinya, selain meminta maaf, kita juga harus bersedia memberi maaf.

"Kupat kaliyan santen
Sedaya ngaku lepat nyuwun pangapunten"

Ketupat biasa juga disebut kupat; ku penggalan dari kata mengaku dan pat penggalan dari kata lepat (salah). Sehingga kupat berarti mengaku lepat (mengaku salah). Ini bermakna seseorang itu lebih baik mengaku salah dari pada mengaku benar.

Kembali Fitri di Hari Raya Idul Fitri


Setelah sebulan penuh kita melaksanakan ibadah puasa dengan semangat iman dan mengharap balasan Allah (ihtisaaban) semata. Maka, memasuki hari raya Idul Fitri ini, berarti kita kembali kepada fitrah (kesucian). Jiwa kita telah fitri (suci) tanpa dosa, sebagaimana sabda Nabi saw.,

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan landasan iman dan mengharap balasan dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosa sebelumnya, “ (Muttafaq ‘Alaih).

Karenanya, memasuki Idul Fitri yang berarti jiwa kita menjadi fitri (suci), maka ‘tampilan’ kita harus lebih Islami. Termasuk dalam ‘tampilan’ di sini adalah tujuan, orientasi, motivasi, fikrah (pemikiran), akhlak, moral, perilaku, interaksi, policy, aktivitas, kiprah, dan peran. Baik ‘tampilan’ keindividualan kita, kerumahtanggaan kita, maupun ‘tampilan’ kesosialan kita. Baik ‘tampilan’ dalam kesendirian kita maupun ‘tampilan’ dalam keramaian kita.

Ketika terjadi islamisasi ‘tampilan’ pasca Ramadhan, berarti ini merupakan indikator diterimanya puasa Ramadhan kita. Karena, jika Allah swt. menerima amal seseorang, maka pasti Dia akan menolongnya untuk mengadakan perubahan diri ke arah yang lebih positif dan meningkatkan amal kebajikan.

Nilai spiritual yang penting dari Idul Fitri adalah kembali kepada fitri. "Kembali pada fitri sebagaimana saat kita dilahirkan. Itulah nilai yang terpenting. Sebagaimana diketahui, kita lahir dalam keadaan suci dan bersih. Dari kita belum bisa berbuat apa-apa lantas berkembang dewasa, menjadi pejabat, pengusaha, dan lain-lain. Jadi esensi Idul Fitri adalah agar kita kembali kepada fitrah yang suci, bagaimana kita dapat menjaga dan memelihara diri.

Ibadah puasa selama sebulan penuh pada hakikatnya merupakan suatu ujian bagi mental dan fisik manusia. Puasa pun menjadi ajang perjuangan mahahebat untuk mengendalikan hawa nafsu. Karena itu, Hari Raya Idul Fitri bisa dimaknai sebagai hari penuh kemenangan. Sebuah kemenangan yang sejatinya hanya diperuntukkan bagi mereka yang telah melaksanakan puasa dengan penuh kesempurnaan.

Hari Raya Idul Fitri... Itulah hari di mana manusia kembali kepada fitrah yang tidak punya dosa dan noda. Lahir dengan mental baru, menjadi manusia yang berwatak dengan jiwa tauhid tinggi. Makna Idul Fitri harus benar-benar menyatu dengan amal perbuatan. Tidak ada artinya bila di hari raya semua bersuka cita, namun pada bulan-bulan selanjutnya tidak ada perbaikan di sisi akhlak maupun moral.


Indahnya Memaafkan

Walaupun mudah diucapkan, memaafkan bukanlah perbuatan yang mudah dilakukan. Ketika seseorang telah atau akan dicelakai, maka yang tertanam biasanya perasaan dendam dan ingin membalas. Perasaan seperti itu adalah wajar dalam diri orang biasa. Namun, sikap memaafkan hanya ada pada diri orang yang luar biasa.

Sebenarnya meminta maaf dan memberi maaf kepada orang lain adalah pekerjaan yang sangat dianjurkan dalam agama. Semua ulama sepakat akan hal ini, sebagaimana firman Allah SWT:

Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS Al-A'raf: 199)

Maka maafkanlah dengan cara yang baik. (QS Al-Hijr: 85)

Orang-orang yang menafkahkan, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran: 134)

Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (QS Asy-Syura: 43)

Even untuk Saling Memaafkan

Secara umum saling bermaafan itu dilakukan kapan saja, tidak harus menunggu even Ramadhan atau Idul Fithri. Karena memang tidak ada hadits atau atsar yang menunjukkan ke arah sana.

Namun kalau kita mau telusuri lebih jauh, mengapa sampai muncul trend demikian, salah satu analisanya adalah bahwa bulan Ramadhan itu adalah bulan pencucian dosa. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW tentang hal itu.

Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Siapa yang menegakkan Ramadhan dengan iman dan ihtisab, maka Allah telah mengampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalau Allah SWT sudah menjanjikan pengampunan dosa, maka tinggal memikirkan bagaimana meminta maaf kepada sesama manusia. Sebab dosa yang bersifat langsung kepada Allah SWT pasti diampuni sesuai janji Allah SWT, tapi bagaimana dengan dosa kepada sesama manusia?

Jangankan orang yang menjalankan Ramadhan, bahkan mereka yang mati syahid sekalipun, kalau masih ada sangkutan dosa kepada orang lain, tetap belum bisa masuk surga. Oleh karena itu, biar bisa dipastikan semua dosa terampuni, maka selain minta ampun kepada Allah di bulan Ramadhan, juga meminta maaf kepada sesama manusia, agar bisa lebih lengkap. Demikian latar belakangnya.


Marilah Qita saling MEMAAFKAN... maka hidup akan terasa INDAH...

Minal Aidin Wal Faidzin

Ucapan minal ‘aidin wal faizin adalah salah satu ungkapan yang seringkali diucapkan pada hari raya fithri. Sama sekali tidak bersumber dari sunnah nabi, melainkan merupakan ‘urf (kebiasaan) yang ada di suatu masyarakat.

Sering kali kita salah kaprah mengartikan ucapan tersebut, karena biasanya diikuti dengan “mohon maaf lahir dan batin”. Jadi seolah-olah minal ‘aidin wal faizin itu artinya mohon maaf lahir dan batin. Padahal arti sesungguhnya bukan itu.

Kata minal aidin wal faizin itu sebenarnya sebuah ungkapan harapan atau doa. Tapi masih ada penggalan yang terlewat. Seharusnya lafadz lengkapnya adalah

ja’alanallahu wa iyyakum minal aidin wal faizin

artinya: semoga Allah menjadikan kami dan anda sebagai orang-orang yang kembali dan beruntung (menang).

Makna yang terkandung di dalamnya sebuah harapan agar Ramadhan yang telah kita jalani benar-benar bernilai iman dan ihtisab, sehingga kita saling mendoakan agar dikembalikan kepada kesucian, dalam arti bersih dari dosa-dosa.

Makna Kembali (aidin) adalah kembali seperti awal mula kita dilahirkan oleh ibu kita masing-masing, putih, bersih tanpa dosa.

Sedangkan makna faizin adalah menjadi orang yang menang atau beruntung. Menang karena berhasil mengalahkan hawa nafsu, sedangkan beruntung karena mendapatkan pahala yang berkali lipat dan dimusnahkan semua dosa.

Di setiap negeri muslim, ungkapan-ungkapan ini bisa saja sangat berbeda, tergantung kreatifitas masyarakatnya sendiri.

Namun bila tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW, bukan berarti memberikan ucapan yang semikian menjadi terlarang atau haram. Sebab umumnya para ulama mengatakan bahwa masalah ini tidak termasuk perkara ritual ubudiyah, sehingga tidak ada larangan untuk mengungkapkan perasaan dengan gaya bahasa kita masing-masing.


Wednesday, November 01, 2006

Tiada TEMAN Tanpa KESALAHAN




















Selamat Lebaran

Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar
Laila Hailaallahu Huallahu Akbar

Allahu Akbar Walillahilham

Sudah tiba hari kemenangan setelah berpuasa di bulan Ramadhan
Mari Qita saling memaafkan di hari yg indah, fitri,& bahagia
Sebulan lamanya Qita me
nahan nafsu & cobaan di bulan Ramadhan

Selamat Lebaran
Selamat Lebaran
Raihlah kemenangan

Selamat Lebaran
Selamat Hari Lebaran
Mari Qita saling memaafkan

Dosa-dosa yang pernah terbuat
Terhapuslah sudah di hari lebaran





Surga-Mu

Album : Surga-Mu
Munsyid : Ungu
http://liriknasyid.com


Segala yang ada dalam hidupku
Kusadari semua milik-Mu
Ku hanya hamba-Mu yang berlumur dosa

Pre Reff :

Tunjukkan aku jalan lurus-Mu
Untuk menggapai Surga-Mu
Terangiku dalam setiap langkah hidupku

Karena kutahu hanya Kau Tuhanku

Reff :

Allahu Akbar
Allah Maha Besar
Ku memuja-Mu di setiap waktu

Hanyalah pada-Mu
Tempatku berteduh
Memohon ridho dan ampunan-Mu

Andai Ku Tahu

Andai ku tahu

Kapan tiba ajalku
Ku akan memohon Tuhan

Tolong panjangkan umurku


Andai ku tahu
Kapan tiba masaku
Ku akan memohon Tuhan
Jangan kau ambil nyawaku


Aku takut akan semua dosa dosaku
Aku takut dosa yg terus membayangiku


Andai ku tahu
Malaikat-Mu kan menjemputku
Izinkan aku mengucap kata taubat pada-Mu

Aku takut akan semua dosa dosaku

Aku takut dosa yg terus membayangiku


Ampuni aku dari segala dosa dosaku
Ampuni aku menangis ku bertaubat pada-Mu
Aku manusia yang takut neraka
Namun aku juga tak pantas di surga

Andai ku tahu
Kapan tiba ajalku

Izinkan aku mengucap kata taubat pada-Mu

Aku takut akan semua dosa dosaku
Aku takut dosa yg terus membayangiku

Ampuni aku dari segala dosa dosaku
Ampuni aku menangis ku bertaubat pada-Mu



SMS Lebaran

Diantara sekian banyak ungkapan atau ucapan selamat (arab: tahni’ah) dalam suasana hari ‘Ied Al-Fithr, nyaris semuanya tidak ada riwayatnya yang berasal dari Rasulullah SAW. Kecuali lafadz taqabbalallahu minaa wa minka, yang maknanya, “Semoga Allah SWT menerima amal kami dan amal Anda.” Maksudnya menerima di sini adalah menerima segala amal dan ibadah kita di bulan Ramadhan.

Berkata Al Hafidh Ibnu Hajar[Fathul Bari 2/446] : “Dalam “Al Mahamiliyat” dengan isnad yang hasan dari Jubair bin Nufair, ia berkata (yang artinya) : Para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya : Taqabbalallahu minnaa wa minkum (Semoga Allah menerima dari kami dan darimu)”.

Ibnu Qudamah dalam “Al-Mughni” (2/259) menyebutkan bahwa Muhammad bin Ziyad berkata : “Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka bila kembali dari shalat Id berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain : Taqabbalallahu minnaa wa minka.
Beberapa shahabat menambahkan ucapan shiyamana wa shiyamakum, yang artinya puasaku dan puasa kalian. Jadi ucapan ini bukan dari Rasulullah, melainkan dari para sahabat.
Berdasarkan hal tersebut di atas... tahun ini aku tidak puitis spt tahun kmrn... tp kirim sms spt di bawah ini... biar lbh bermakna... Sekaligus IRIT... :)

Assalamu'alaikum Wr Wb

Taqobbalallahu minna waminkum...
Shiyamana washiyamakum...

Semalat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1427 H

MOHON MAAF Lahir & Batin...

Wassalamu'alaikum Wr Wb


Balasan dr tmn2ku:



Sungguh kata2mu bagai mutiara kata yang indah... Menyentuh Qolbu... Tenteramkan Hati... aku tak bisa berkata2.. hanya bisa mengucap... Taqobbal yaa kariim.. MOHON MAAF Lahir & Batin..

Secarik lembaran cerita terus berganti... ada kekhilafan belum terlunasi… kini saatnya menghapus kesalahan diri… Selamat hari Raya Idul Fitri… Mohon MAAF lahir & batin..

BERJUMPA dengan RAMADHAN adalah KENIKMATAN, MENYIA-NYIAKAN RAMADHAN adalah KERUGIAN, BERPISAH dengan RAMADHAN adalah KESEDIHAN, namun PINTU MAAFmu adalah sesuatu yang MEMBAHAGIAKAN…

Saat tirai kesalahan terbuka.. bermacam2 khilaf bertebaran.. terbawa angin menuju hujan maaf yang mensucikan hati & bersihkan jiwa..

Sebelum Hari Raya tiba.. Sebelum sinyal hilang.. Sebelum Operator sibuk.. Sebelum SMS pending.. & Sebelum pulsa habis..aku mau ngucapin.. Minal Aidin Wal Faidzin.. MOHON MAAF LAHIR & BATIN..

Setahun berlalu.. Mengendap dosa lisan & perbuatanku.. Setetes bait MAAF untuk selaut keKHILAFanku.. Beralas IKHLAS.. Membasuh hati tuk kembali FITRI..

Debu kesalahan dalam hamparan pasir kekhilafanku tak berarti tanpa embun maaf dalam lapang samudra hatimu.. di Hari Fitri ini Kuharap tulus MAAF darimu...

Seiring datangnya 1 Syawal 1427 H.. Kala ada langkah yang membekas lara, kata yang merangkai dusta.. tingkah yang menoreh luka.. MOHON MAAF LAHIR & BATIN..

Banyak waktu telah terlewat bersamamu.. Banyak kenangan telah terukir.. namun kadang kesalahan menjadi bingkainya.. MOHON MAAF LAHIR & BATIN.. Taqobbalallahu minna waminkum..

KEKHILAFAN adalah KETIDAKSENGAJAAN.. KESALAHAN adalah suatu KEWAJARAN.. KEJUJURAN adalah suatu KEBENARAN.. MEMAAFKAN adalah suatu KEMULIAAN.. Taqobbalallahu minna waminkum..

Kumohon sepercik air maafmu tuk hapus debu khilafku..