Friday, November 03, 2006

Kembali Fitri di Hari Raya Idul Fitri


Setelah sebulan penuh kita melaksanakan ibadah puasa dengan semangat iman dan mengharap balasan Allah (ihtisaaban) semata. Maka, memasuki hari raya Idul Fitri ini, berarti kita kembali kepada fitrah (kesucian). Jiwa kita telah fitri (suci) tanpa dosa, sebagaimana sabda Nabi saw.,

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan landasan iman dan mengharap balasan dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosa sebelumnya, “ (Muttafaq ‘Alaih).

Karenanya, memasuki Idul Fitri yang berarti jiwa kita menjadi fitri (suci), maka ‘tampilan’ kita harus lebih Islami. Termasuk dalam ‘tampilan’ di sini adalah tujuan, orientasi, motivasi, fikrah (pemikiran), akhlak, moral, perilaku, interaksi, policy, aktivitas, kiprah, dan peran. Baik ‘tampilan’ keindividualan kita, kerumahtanggaan kita, maupun ‘tampilan’ kesosialan kita. Baik ‘tampilan’ dalam kesendirian kita maupun ‘tampilan’ dalam keramaian kita.

Ketika terjadi islamisasi ‘tampilan’ pasca Ramadhan, berarti ini merupakan indikator diterimanya puasa Ramadhan kita. Karena, jika Allah swt. menerima amal seseorang, maka pasti Dia akan menolongnya untuk mengadakan perubahan diri ke arah yang lebih positif dan meningkatkan amal kebajikan.

Nilai spiritual yang penting dari Idul Fitri adalah kembali kepada fitri. "Kembali pada fitri sebagaimana saat kita dilahirkan. Itulah nilai yang terpenting. Sebagaimana diketahui, kita lahir dalam keadaan suci dan bersih. Dari kita belum bisa berbuat apa-apa lantas berkembang dewasa, menjadi pejabat, pengusaha, dan lain-lain. Jadi esensi Idul Fitri adalah agar kita kembali kepada fitrah yang suci, bagaimana kita dapat menjaga dan memelihara diri.

Ibadah puasa selama sebulan penuh pada hakikatnya merupakan suatu ujian bagi mental dan fisik manusia. Puasa pun menjadi ajang perjuangan mahahebat untuk mengendalikan hawa nafsu. Karena itu, Hari Raya Idul Fitri bisa dimaknai sebagai hari penuh kemenangan. Sebuah kemenangan yang sejatinya hanya diperuntukkan bagi mereka yang telah melaksanakan puasa dengan penuh kesempurnaan.

Hari Raya Idul Fitri... Itulah hari di mana manusia kembali kepada fitrah yang tidak punya dosa dan noda. Lahir dengan mental baru, menjadi manusia yang berwatak dengan jiwa tauhid tinggi. Makna Idul Fitri harus benar-benar menyatu dengan amal perbuatan. Tidak ada artinya bila di hari raya semua bersuka cita, namun pada bulan-bulan selanjutnya tidak ada perbaikan di sisi akhlak maupun moral.


No comments: